Laman

Pages

Makalah Marketing Communication Tools I


“MARKETING COMMUNICATION TOLLS I”
KOMUNIKASI PEMASARAN

 DISUSUN OLEH :
SITI TAQIYA ASHIFA  11523068

KELAS A
SEMESTER VI
DOSEN PENGAMPU:
HANDES, M.I.KOM

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2018/2019




BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Marketing Communication Tools atau alat komunikasi pemasaran adalah mengkoordinasikan berbagai elemen promosi dalam kegiatan pemasaran. Komunikasi pemasaran merupakan unsur penting penentu kesuksesan pemasaran. Komunikasi pemasaran merupakan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran atau sering juga disebut komunikasi pemasaran terpadu-IMC (integrate marketing communication), yaitu sebuah proses dari pengelolaan customer relationships yang menggerakkan brand atau memperkuat brand value, memiliki fungsi menciptakan dan memelihara hubungan dengan stakeholder serta membangun hubungan jangka panjang. Jika, brand relationship memiliki nilai positif, maka hal tersebut dapat menghasilkan keuntungan dan dapat meningkatkan nilai dari pemegang saham suatu perusahaan.
Komunikasi pemasaran mempunyai peran yang sangat penting bagi kelangsungan aktivitas perusahaan untuk melakukan pencitraan (image) atas suatu merek tertentu. Selain itu, dengan komunikasi pemasaran perusahaan dapat mengembangkan kesadaran konsumen terhadap produk/jasa yang diproduksi oleh perusahaan. Sebagus apapun rencana strategi pemasaran yang dirancang, bila proses komunikasi pemasaran tidak dijalankan secara efektif dan efisien maka pasar sasaran (target market) tidak akan tahu bahwa produk yang diinginkan dan diminta konsumen beredar di pasar.
Menurut Philip Kotler & Kevin Lane Keller (2009), komunikasi pemasaran adalah sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen tentang produk dan merek yang dijual. Dengan adanya komunikasi pemasaran disebuah perusahaan, masyarakat atau konsumen dapat mempelajari produk apa yang diproduksi, siapa yang memproduksinya, mereknya apa, apa keunggulannya, dan diperoleh di mana, serta bagaimana caranya memperoleh produk itu. Dengan demikian komunikasi pemasaran sangat penting bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan produk yang dipasarkan kepada pasar sasaran secara lebih luas bahkan, dapat menanamkan merek dalam ingatan dan menciptakan citra (image) merek, mendorong penjualan, serta memperluas pasar.
Dalam komunikasi pemasaran, tidak saja sebagai alat untuk melakukan kontak hubungan dengan para konsumen atau calon konsumen, tetapi juga sebagai alat untuk menjamin dapat berhubungan baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap suatu produk. Alat komunikasi pemasaran merupakan media yang ditempuh perusahaan untuk mewujudkan suatu komunikasi yang efektif guna membangun dan meningkatkan brand image dan brand awareness.
Penggunaan media pada sebuah proses komunikasi perlu mempertimbangkan kendala-kendala yang muncul yang mana dapat menyebabkan salah komunikasi (miss communications). Hal tersebut disebabkan karena ragam perbedaan penafsiran atas pesan yang disampaikan. Tak jarang, sebagian kategori lebih efektif menggunakan pendekatan langsung (hard selling).
Dalam konsep pemasaran terdapat dua elemen strategi pemasaran yakni hard sell promotion dan soft sell promotion. Hard sell promotion ialah  menjual secara keras atau lebih mudahnya langsung ke pokok permasalahan yakni langsung ke penawaran. Hard selling atau penjualan langsung merupakan sebuah strategi pemasaran produk atau jasa yang ditujukan untuk memengaruhi tindakan konsumen. Hard sell promotion lebih menekankan pengambilan keputusan yang didasarkan atas rasional atau karena adanya keuntungan tambahan yang diberikan suatu produk. Wujud dari penjualan langsung (hard sell) dapat ditemui dalam bentuk pemasaran penjualan (sales promotion), penjualan pribadi (personal selling), penjualan langsung (direct marketing), event marketing, serta point of purchase (POP) promotion.
Sales promotion, personal selling, direct marketing, event marketing, serta point of purchase (POP) promotion adalah cara-cara yang digunakan untuk berpromosi atau berkomunikasi dengan target audience atau konsumen guna menciptakan dan memelihara suatu brand relationship. Sekali lagi, untuk menciptakan suatu brand yang baik, maka fungsi-fungsi pemasaran harus berjalan terpadu dan tidak saling kontradiksi. Misalnya, ketika kita ingin mengiklankan suatu produk kecantikan untuk kalangan wanita elit, maka pengemasan produknya harus dibuat dengan kesan mewah juga. Nah, ketika brand relationship terpelihara dengan baik, maka dengan sendirinya customer atau konsumen akan memilih brand kita.



B.            Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian personal selling dalam komunikasi pemasaran?
2.      Apa pengertian direct marketing dalam komunikasi pemasaran?
3.      Apa pengertian sales promotion dalam komunikasi pemasaran?
4.      Apa pengertian event marketing dalam komunikasi pemasaran?
5.      Apa pengertian point of purchase (POP) promotion dalam komunikasi pemasaran?

C.           Tujuan Penulisan
1.        Untuk mengetahui apa pengertian personal selling dalam komunikasi pemasaran.
2.        Untuk mengetahui apa pengertian direct marketing dalam komunikasi pemasaran.
3.        Untuk mengetahui apa pengertian sales promotion dalam komunikasi pemasaran.
4.        Untuk mengetahui apa pengertian event marketing dalam komunikasi pemasaran.
5.        Untuk mengetahui apa pengertian point of purchase (POP) promotion dalam komunikasi pemasaran.










BAB II
PEMBAHASAN
1.             Personal Selling
Personal selling atau penjualan pribadi adalah komunikasi dua arah dimana seorang penjual (sales person) menjelaskan fitur dari suatu brand untuk kepentingan pembeli. Kegiatan personal selling merupakan bagian dari kegiatan promosi yaitu cara untuk memperkenalkan dan menarik minat konsumen terhadap produk yang di tawarkan secara tatap muka. Promosi ini merupakan salah satu variabel di dalam marketing mix yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam menawarkan produknya. Dalam hal ini orang yang diyakini akan membeli produk dengan cara melakukan penawaran yang aktif dan proses follow up sampai konsumen akhirnya setuju untuk membeli.
Personal selling merupakan alat pemasaran yang sifatnya secara lisan, baik kepada seseorang maupun lebih calon pembeli dengan maksud untuk menciptakan terjadinya transaksi pembelian yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Komunikasi yang dilakukan kedua belah pihak bersifat interaktif sehingga penjual dapat langsung memperoleh tanggapan sebagai umpan balik tentang keinginan dan pendapat konsumen. Penyampaian pesan pemasaran dapat dilakukan dengan fleksibel karena dapat disesuaikan dengan situasi yang ada.
Menurut Sistaningrum (2006:100), personal selling adalah bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk merangsang pembelian. Menurut Philip Kotler dikutip oleh Saladin (2006:172), “Penjualan personal adalah presentasi lisan dalam suatu pembicaraan dengan satu atau beberapa pembeli potensial dengan tujuan untuk melakukan penjualan.” Dalam presentasi terjadi interaksi langsung antara penjual dan calon pembeli. Interaksi ini akan berpengaruh kepada apakah calon pembeli akan memutuskan untuk melakukan pembelian atau sebaliknya. Akan menjadi sesuatu yang buruk bagi penjual ketika mereka tidak bisa menawarkan solusi yang tepat atas masalah konsumen. Hal ini selaras dengan pendapat Tjiptono (2000:224) yang menyatakan bahwa personal selling adalah komunikasi langsung atau tatap muka antara penjual dan calon pembeli untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pembeli dan membentuk pemahaman pembeli terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan membelinya.
Adapun langkah-langkah yang efektif dalam personal selling menurut Kotler dan Keller 2009:272 yaitu sebagai berikut:
1)        Pendekatan pendahuluan, sales person harus tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan calon konsumen dan bagaimana memulai hubungan dengan langkah awal yang terbaik sehingga calon konsumen merasa nyaman ketika sedang bertransaksi.
2)        Presentasi dan Peragaan, bagaimana sales person dapat menceritakan tentang produk yang ia tawarkan. Bagaimana tentang fitur dari produk, keuntungan yang diambil dari penggunaan produk, manfaat dari produk, serta nilai (value) yang terdapat pada produk tersebut.
3)        Mengatasi keberatan, biasanya para calon konsumen mengajukan keberatannya selama sales person melakukan presentasi. Sales persom yang baik harus menangani keberatan penjual dengan pendekatan positif. Sales person dapat meminta calon pembeli untuk menjelaskan keberatannya, bertanya kembali kepada calon pembeli sehingga pembeli dapat menjawab sendiri pertanyaannya, menyangkal keakuratan dari keberatan tersebut, dan mengubahnya menjadi alasan untuk membeli.
4)        Menutup penjualan, sales person mungkin merasa sulit dan tidak percaya diri untuk melakukan penutupan penjualan. Maka dari itu sales person harus dapat memancing dengan menawarkan pancingan khusus untuk menutup penjualan seperti harga khusus, diskon, bonus, atau pemberian hadiah.
5)        Tindak lanjut dan pemeliharaan, hal ini diperlukan untuk memastikan kepuasan pembeli. Kelanjutan bisnis dan melakukan pemeliharaan hubungan dengan konsumen.
Menurut Burnett (1993), membagi tipe personal selling menjadi lima yaitu:
1)        Responsive selling, salespeople bertugas untuk memenuhi permintaan konsumen. Dalam tipe ini biasanya salespeople mengadakan perjalanan dan menjumpai banyak pengecer.
2)        Trade selling, salespeople bertindak sebagai order taker (menerima pesanan) tetapi lebih fokus pada pelayanan.
3)        Missionary selling, tugas utamanya adalah mempromosikan produk baru, kadang-kadang melakukan order taker.
4)        Technical selling, salespeople menyelesaikan masalah konsumen dengan keahlian dan pengalamannya.
5)        Creative selling, biasanya berhubungan dengan produk, menangani masalah-masalah serius dan memberikan solusi terbaik.
Menurut Philip Kotler (1997: 224) dalam bukunya manajemen pemasaran, personal selling memiliki tiga sifat khusus, yaitu:
1)        Konfrontasi Personal (personal confrontation), mencakup hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak melihat kebutuhan dan karakteristik pihak lain secara lebih dekat dan segera melakukan penyesuaian.
2)        Pengembangan (cultivation), memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan mulai dari hubungan penjualan sampai dengan hubungan persahabatan.
3)        Tanggapan (response), membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengar, memperhatikan dan menanggapi wiraniaga.
Menurut Djasmin Saladin dan Yevis Merti Oesman (1994: 195) terdapat tiga bentuk dari personal selling, yaitu:
1)        Retail Selling, tenaga penjual melakukan penjualan dengan jalan melayani konsumen yang datang ke toko atau perusahaan.
2)        Field Selling, tenaga penjual yang melakukan penjualan diluar perusahaan, yakni dengan mendatangi konsumen ke rumah-rumah perusahaan, kantor-kantor dan lain-lain.
3)        Executive Selling, pimpinan perusahaan yang bertindak sebagai tenaga penjual yang melakukan penjualan.
Didalam suatu perusahaan bentuk-bentuk personal selling tersebut kadang digunakan secara bersamaan dan kadang hanya menggunakan salah satu bentuk saja. Hal tersebut disesuaikan dengan produk yang ditawarkan, pasar yang dituju, dan kemampuan perusahaan.

2.             Direct Marketing
Direct marketing adalah sistem marketing dimana perusahaan berkomunikasi secara langsung dengan target customer atau konsumen untuk menghasilkan respons atau transaksi. Respons yang dihasilkan bisa berupa inquiry, pembelian, atau bahkan dukungan. Dalam Dictionary of Marketing terms, Peter Bennett (1995) mendefinisikan direct marketing sebagai “aktivitas total dimana penjual, untuk mengefektifkan pertukaran barang dan jasa dengan pembeli, mengarahkan usaha pada target audience menggunakan satu atau lebih media (direct selling, direct mail, telemarketing, direct-action advertising, catalouge selling, cable TV selling, dan lain-lain) dengan tujuan menghasilkan respons lewat telepon, surat, atau kunjungan pribadi dari pembeli potensial atau pelanggan.”
Sementara Kotler (2007: 320) mendefinisikan direct marketing adalah sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media untuk mempengaruhi suatu tanggapan atau transaksi terukur pada lokasi manapun. Definisi lainnya dari Saladin (2004: 191) mengemukakan bahwa drect marketing adalah suatu sistem pemasaran yang menggunakan suatu media iklan atau lebih guna mendapatkan respons atau transaksi yang bisa diukur disuatu lokasi. Terence A. Shimp mengatakan bahwa tujuan pemasar melakukan direct marketing atau pemasaran langsung adalah untuk membina hubungan dengan pelanggan agar dapat mengukur respon pelanggan. Direct marketing yang efektif bukan sesuatu yang hanya dikembangkan, tetapi perlu perencanaan dan implementasi yang didasarkan oleh pemahaman yang benar mengenai tujuan dan yang diharapkan untuk dicapai.
Direct marketing dapat mencapai tujuan dengan dukungan faktor-faktor lain, diantaranya bahwa:
1)        Pasar sasaran telah mengenal produk dan layanan sebelumnya melalui saluran media massa atau media promosi lainnya.
2)        Pasar sasaran yang dituju merupakan hasil penyaringan dari segmentasi yang selektif, sehingga pasar sasaran yang dipilih adalah mereka yang memiliki kedekatan dengan produk dan layanan yang ditawarkan.
3)        Pemasar atau komunikator telah menyiapkan informasi yang lengkap sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan kemungkinan jawaban atas serangkaian informasi mengenai produk dan layanan yang ditawarkan.
4)        Direct marketing juga merupakan sebuah proses yang memberikan kesempatan pada pasar sasaran untuk menilai dan menimbang suatu informasi atau produk dalam suatu proses pengambilan keputusan, memungkinkan proses komunikasi dilakukan berulang-ulang, proses ini biasa disebut proses follow-up.
Kotler, Amstrong, Ang, Leong, Tan dan Tse membagi bentuk-bentuk dari kegiatan direct marketing menjadi tujuh bentuk diantaranya:
1)        Telephone Marketing-Telemarketing, menggunakan telepon untuk menjual secara langsung kepada konsumen. Telemarketing yang telah dtargetkan dan dirancang dengan baik akan mampu mendatangkan banyak keuntungan, termasuk kemudahan pembelian dan mendapatkan informasi mengenai produk atau jasa.
2)        Direct-Mail Marketing, penjualan langsung melalui pengiriman surat untuk mengirimkan penawaran, acara, pengingat, atau lainnya kepada seseorang dengan alamat tertentu yang sudah ada. Perusahaan mengirimkan jutaan surat setiap tahunnya dengan mengirimkan surat-surat, iklan, brosur, contoh, video dan audioapes, CD dan lainnya. Saat ini ada tiga bentuk pengiriman surat paling populer menurut mereka yakni, fax mail, e-mail, voice mail.
3)        Catalouge Marketing, merupakan pemasaran langsung yang dapat perusahaan kirimkan kepada konsumen dengan menggunakan katalog barang dagangan, katalog khusus berlangganan, dan katalog bisnis dalam bentuk cetak maupun non cetak seperti menggunakan CD, Video, atau melalui internet.
4)        Direct-response Television Marketing, ada dua bentuk yang pertama adalah direct-response advertising. Para pemasar langsung secara persuasif menjelaskan produk dengan memberikan konsumen nomor layanan bebas pulsa atau memberikan alamat website yang juga dapat berfungsi untuk pemesanan produk. Para penonton TV juga menyaksikan program iklan atau info komersial untuk setiap produknya. Bentuk yang kedua adalah home shopping channels atau saluran belanja di rumah yang dibuat untuk menjual barang dan jasa melalui program TV.
5)        Kios Marketing, para pemasar bisnis menggunakan kios untuk di pemeran perdagangan untuk mengumpulkan keuntungan penjualan dan memberikan informasi mengenai produk mereka. Kios ini juga dapat berupa online, seperti banyak yang perusahaan lakukan saat ini sebagai gabungan dunia nyata dan virtual.
6)        Online Marketing, adalah sistem pemasaran yang menggunakan media internet sebagai alat dalam aktivitas marketnya. Pada awalnya pengguna internet menggunakan halaman yang berformat HTML untuk mengakses internet. Lalu lahirnya konsep website dengan menampilkan profile dan promosi perusahaannya kepada target marketnya diseluruh dunia. Selanjutnya online marketing berkembang tidak hanya menggunakan saran website dalam aktivitasnya. Email marketing dan sosial media marketing adalah beberapa contoh jenis online marketing yang sekarang ramai digunakan.
7)        Face-to-Face Selling, strategi ini pada hakikatnya aktivitas promosi yang berusaha menyebarkan informasi, memengaruhi atau membujuk dan mengingatkan pasar sasaran atau perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Salah satu instrumen bauran promosi adalah penjualan tatap muka (personal selling) merupakan komunikasi langsung atau face-to-face antara penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada pelanggan, sehingga kemudian akan mencoba membelinya dan penjual dapat membina hubungan jangka panjang dengan pelanggannya.

3.             Sales Promotion
Sales promotion merupakan istilah singkat dari penawaran nilai tambah yang dirancang untuk menggerakkan dan mempercepat respons dari customer. Contoh dari nilai tambah itu sendiri adalah “kesempatan untuk memenangkan hadiah”, potongan harga (seperti diskon 20%, sale 50% off, dan sebagainya), produk ekstra (seperti “isi teh kotak 30% lebih banyak”), sample gratis dan premiums (seperti beli rinso dapat piring cantik).
Pada konsepnya, sales promotion digunakan untuk memotivasi customer agar melakukan aksi dengan membeli produk yang dipicu dengan adanya penawaran produk dalam jangka waktu terbatas. Penjual mendesain promosi untuk menghasilkan penjualan langsung, agar penjualan jangka pendek meningkat. Melalui promosi penjualan, perusahaan dapat menarik pelanggan baru, mempengaruhi pelanggannya untuk mencoba produk baru, mendorong pelanggan membeli lebih banyak, menyerang aktivitas promosi pesaing, meningkatkan implusebuying (pembelian tanpa rencana sebelumnya), atau mengupayakan kerjasama yang lebih erat dengan pengecer.
Promosi penjualan atau sales promotion adalah berbagai alat-alat insentif,yang sebagian besar bejangka pendek yang dirancang untuk merangsang pembelian produk atau jasa tertentu dengan lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen atau pedagang. Menurut Bruce J. Walker “promosi penjualan adalah suatu perencanaan untuk membantu atau melengkapi koordinasi periklanan dan penjualan pribadi” (Suryoto, 2012: 157).
Tujuan promosi penjualan bersumber pada tujuan komunikasi pemasaran. Tujuan ini dijabarkan dengan tujuan pemasaran yang lebih mendasar, yang dirancang untuk produk tertentu. Menurut Kotler dan Amstrong dalam buku Prinsip-Prinsip Pemasaran (2001), tujuan dari promosi penjualan atau sales promotion bervariasi sangat luas diantaranya:
1)        Penjual bisa menggunakan promosi konsumen (consumer promotions) untuk meningkatkan penjualan jangka pendek atau membangun pangsa pasar jangka panjang.
2)        Tujuan promosi dagang (trade promotions) mencakup; membuat pengecer atau pedagang grosir mendagangkan produk baru dan memberi ruang lebih banyak untuk persediaan, membuat mereka membeli dimuka.
3)        Promosi wiraniaga (salesforce promotions), tujuannya meliputi; mendapatkan lebih banyak dukungan armada penjualan untuk produk sekarang atau produk baru atau mendapatkan wiraniaga untuk mencari langganan baru.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh penjual melalui sales promotion ialah dapat meningkatkan penjualan, mendorong pembelian konsumen dan mendapatkan pelanggan baru. Menurut Kotler (2005) menyatakan bahwa alat-alat sales promotion terdiri dari:
1)        Sampel, sejumlah kecil produk yang ditawarkan kepada konsumen untuk dicoba.
2)        Kupon, sertifikat yang memberi pembeli potongan harga untuk pembelian produk tertentu.
3)        Tawaran pengembalian uang (rabat), tawaran untuk mengembalikan sebagain uang pembelian suatu produk kepada konsumen yang mengirimkan “bukti pembelian” ke perusahaan manufaktur.
4)        Paket harga (transaksi potongan harga/diskon), menawarkan kepada konsumen penghematan dari harga biasa suatu produk.
5)        Premium (hadiah pemberian), barang yang ditawarkan secara cuma-cuma atau dengan harga sangat miring sebagai insentif untuk membeli suatu produk.
6)        Program frekuensi, program yang memberikan imbalan yang terkait dengan frekuensi dan intensif konsumen membeli produk atau jasa perusahaan tersebut.
7)        Kontes, undian, dan permainan, kegiatan promosi yang memberikan konsumen peluang untuk memenangkan sesuatu seperti uang tunai, perjalanan atau barang entah dengan keberuntungan atau dengan usaha ekstra.
8)        Imbalan berlangganan, uang tunai atau hadiah lain yang ditawarkan bagi penggunaan suatu produk atau jasa perusahaan.
9)        Pengujian gratis, mengundang calon pembeli menguji coba produk tanpa biaya dengan harapan mereka akan membeli.
10)    Garansi produk, janji eksplisit atau implisit penjual bahwa produk tersebut akan bekerja sebagaimana telah ditentukan.
11)    Promosi bersama, dua atau lebih merk perusahaan bekerja sama dengan kupon, pengembalian uang, dan kontes untuk meningkatkan daya tarik.
12)    Promosi silang, menggunakan suatu merk untuk mengiklankan merk lain yang tidak bersaing.
13)    Point of purchase, display atau peragaan yang berlangsung ditempat pembayaran atau penjualan.
Menurut pendapat Kennedy dan Soemanagara (2006)dalam buku Marketing Communication, dikemukakan bahwa promosi penjualan dianggap berhasil menjangkau sasaran pasar yang spesifik dengan menawarkan produk mereka melalui penggunaan kupon pembelian, sampel, dan cara lainnya pada suatu lingkup atau area yang didasarkan atas pemilihan sasaran pasar diantaranya:
·           Aspek geografis
·           Aspek demografis
·           Aspek psikografis
·           Aspek etnisgrafis
4.             Event Marketing
Salah satu cara yang ampuh dalam menyampaikan pesan sebuah brand adalah dengan mengajak customer dan potential customer untuk terlibat dalam sebuah event yang diselenggarakan perusahaan. Hal ini dijelaskan oleh Tom Duncan (2008: 607) dalam bukunya “The Priciple of Adveristing and IMC”, mengatakan bahwa event adalah acara promosi yang dirancang untuk menarik dan melibatkan target audience merek. Untuk menyampaikan pesan sebuah merek adalah dengan mengajak customer dan potensial customer untuk terlibat dalam sebuah event yang diselenggarakan perusahaan. Event marketing yang diselenggarakan harus memiliki pengaruh (impect) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir sehingga customer maupun potential customer bisa cukup lama mengingat pengalaman yang menyenangkan tersebut. Menurut Tom Duncan (2005: 74), ada beberapa tujuan diadakannya event diantaranya adalah:
1)        Mempengaruhi khalayak sasaran.
2)        Mengasosiasikan sebuah merek dengan suatu kegiatan. Gaya hidup, atau individu tertentu.
3)        Menjangkau target sasaran yang lebih luas.
4)        Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap merek produk atau perusahaan.
5)        Mempublikasikan sebuah merek, produk atau perusahaan yang nantinya akan meningkatkan pengetahuan khalayak.
Menurut Kotler dan Keller (2009: 5), adalah para pemasar mempromosikan event yang berdasarkan waktu seperti pameran perdagangan terbesar, penampilan artistik, dan perayaan perusahaan. Saat ini konsep perkembangan event sejalan dengan kemajuan teknologi serta perkembangan kegiatan masyarakat yang menjadikan event berlangsung lebih beraneka ragam dan atraktif. Penyelenggaraan event telah berkembang sesuai dengan keinginan konsumen untuk dapat melihat event tersebut, misalnya event yang bersifat keolahragaan, pengenalan produk, eksibisi dan lainnya.
Event memiliki pengaruh yang besar karena keterlibatan customer didalamnya. Menurut Sumardy dan Yoris Sebastian pengamat marketing dalam dua tahun terakhir, event atau brand activation memiliki peranan yang cukup besar dalam kegiatan komunikasi pemasaran. Padahal, sebelumnya event dianggap sebagai pelengkap kegiatan komunikasi lainnya karena perusahaan masih banyak mengandalkan kegiatan above the line atau pemasangan iklan pada media massa. Dari hasil survei yang dilakukan oleh Divisi Riset PPM Manajemen tahun 2008, diketahui 17.1% perusahaan mengungkapkan  bahwa event marketing dinilai efektif untuk meningkatkan awareness. Hal itu juga efektif untuk meningkatkan product image dan meningkatkan sales yang (masing-masing 14.6%), berkomunikasi dengan ke target market, menambah jumlah pelanggan baru (masing-masing 12.2%).
Berdasarkan hasil riset pula diketahui bahwa 59% perusahaan mengatakan peranan event marketing sangat penting dalam kegiatan pemasaran mereka. Seperti halnya dilakukan oleh para pemilik merek, mereka lebih memilih event marketing daripada adveristing untuk membangun brandnya di mata publik. Karena hal itu diyakini dapat membangkitkan emosi target audience dan memberikan kesan yang lebih mendalam kepada merek, sehingga dapat menciptakan brand loyality.
Sebanyak 43.3% responden mengatakan bahwa fungsi utama event marketing adalah untuk memperkenalkan sebuah merek tertentu. Selain itu juga dapat dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan loyalitas pelanggan (26.9%), memperkenalkan keunggulan produk (14.9%), untuk mendorong penjualan saat event (4.5%), dan fungsi lainnya (10.4%) seperti mencari konsumen baru, membuat paket jualan, mereferensikan produk ke orang lain, menambah user website, mendapatkan input dari customer serta mendekatkan perusahaan dengan target yang dituju.
Adapun keunggulan dan kelemahan dari event marketing diantaranya:
1)        Keunggulan Event Marketing:
·      Dapat berinteraksi langsung dengan customer.
·      Memperkenalkan citra perusahaan dengan produknya secara langsung.
·      Menciptakan pengalaman (experience) dari event yang dilaksanakan dengan melibatkan mood dan emosi customer.
·      Dapat digunakan sebagai sarana kegiatan CSR perusahaan.
·      Konsumen yang hadir di sebuah event dapat mendorong penyebaran aktivitas Word of Mouth kepada orang-orang disekitarnya.
·      Event menjadi sarana edukasi tentang produk ke masyarakat.
2)        Kelemahan Event Marketing:
·      Customer datang hanya untuk mengikuti kegiatan event-nya saja, bukan untuk mengenal lebih dalam tentang produk atau jasa perusahaan.
Dalam melakukan event marketing, ada faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk menjamin keberhasilan kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan PPM Manajemen, faktor-faktor tersebut adalah, konsep acara (50%), komunikasi pemasaran (32.8%), kemampuan SDM (3.4%), hubungan dengan EO (3.4%), besarnya budget (3.4%), lokasi dan waktu (1.7%), sasaran target yang ingin dituju (1.7%), kesiapan team (1.7%), dan koordinasi (1.7%). Selain itu, pelaksanaan event marketing juga membutuhkan keterlibatan banyak pihak dan menggunakan berbagai benetuk komunikasi pemasaran. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah dalam proses persiapan hingga penyelenggaraan event. Beberapa masalah yang umumnya terjadi dalam melakukan sebuah event yaitu, penentuan konsep dan tema yang dinyatakan oleh 33% responden, masalah lain yang sering dihadapi oleh peruahaan adalah ketika pelaksanaan event 29%.



5.             Point of Purchase (POP) Promotion
Visual merchandising merupakan gabungan dari unsur-unsur desain lingkungan perusahaan, penyajian merchandise, dan komunikasi dalam perusahaan. Salah satu contoh visual merchandising adalah display harga atau yang disebut Point of Purchase (POP), khususnya harga yang menciptakan citra ritel dan suasana ritel dibenak pelanggan. Yang dimaksud dengan POP adalah suatu media berupa kartu keterangan mengenai nama barang, harga, ukuran, dan keterangan lain yang ditempatkan sedemikian rupa pada display produk. Biasanya POP digunakan pada produk yang sedang promo. Misalnya harga promo dan diskon, POP harga produk yang didiskon ditempatkan pada tempat yang tepat dan dalam ukuran huruf yang cukup besar sehingga akan menarik perhatian konsumen. Adapun teknik marketing POP merupakan hal yang paling penting untuk mendisplay counter lantai, jendela atau lain-lainnya yang bisa memungkinkan paritel-paritel bisa mengingat pelanggan dan menstimulasi perbelanjaan yang implusif.
Terdapat beberapa tujuan dari visual merchandising antara lain:
1)        Menarik perhatian.
2)        Menonjolkan salah satu keistimewaan produk.
3)        Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian konsumen.
4)        Mendramatisir suatu kesan.
5)        Merangsang minat konsumen untuk membaca keseluruhan pesan.
6)        Menjelaskan suatu pernyataan.
Point of Puchase (POP) menjadi penting karena merek bertambah banyak, sehingga semakin banyak produk yang saling berebut perhatian customer. Jika dahulu yang membuat POP didominasi oleh produsen besar saja, saat ini semua kalangan produsen bisa membuatnya karena, teknologi mesin terbaru membuat pengerjaan custom POP dalam jumlah kecil semakin cepat dan mudah. Penggunaan POP sangat penting untuk digunakan bersamaan dengan strategi promosi perusahaan di beragam media massa. Promosi mengingatkan calon customer akan merek atau brand perusahaan. Sedangkan POP bekerja dengan mengikuti kebiasaan cutomer yang cenderung membeli produk berdasarkan dorongan implusif atau dorongan. Dengan display POP yang menarik, maka produk perusahaan dapat menarik perhatian customer lebih cepat, sehingga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk dipilih oleh customer.
Point of Purchase (POP) terbagi menjadi beberapa hal berikut ini:
1)        POP Permanen, mencakup tanda-tanda dan display yang digunakan dalam jangka waktu sekitar enam bulan hingga lebih.
2)        POP Temporer, mencakup tanda-tanda dan display yang digunakan dengan sengaja untuk mengurangi dari enam bulan.
3)        Media in Store, mencakup material promosi dan iklan seperti, radio, iklan di kereta belanja, tulisan pada rak pajangan, dan mesin yang terdapat pada penjual kupon, dan lain sebagainya.
Adapun fungsi teknik marketing POP dibagi menjadi empat yang berarti penting dalam pemasaran suatu produk. Sehingga POP dirasa perlu digunakan dalam keberhasilan strategi pemasaran suatu produ. Seperti keempat fungsi berikut ini:
1)        Memberi informasi
2)        Mengingatkan
3)        Mendorong atau menyemangati
4)        Merchandising





BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Personal selling atau penjualan pribadi adalah komunikasi dua arah dimana seorang penjual (sales person) menjelaskan fitur dari suatu brand untuk kepentingan pembeli. Kegiatan personal selling merupakan bagian dari kegiatan promosi yaitu cara untuk memperkenalkan dan menarik minat konsumen terhadap produk yang di tawarkan secara tatap muka.
Direct marketing adalah sistem marketing dimana perusahaan berkomunikasi secara langsung dengan target customer atau konsumen untuk menghasilkan respons atau transaksi. Respons yang dihasilkan bisa berupa inquiry, pembelian, atau bahkan dukungan.
Sales promotion merupakan istilah singkat dari penawaran nilai tambah yang dirancang untuk menggerakkan dan mempercepat respons dari customer. Contoh dari nilai tambah itu sendiri adalah “kesempatan untuk memenangkan hadiah”, potongan harga (seperti diskon 20%, sale 50% off, dan sebagainya).
Salah satu cara yang ampuh dalam menyampaikan pesan sebuah brand adalah dengan mengajak customer dan potential customer untuk terlibat dalam sebuah event yang diselenggarakan perusahaan. Hal ini dijelaskan oleh Tom Duncan (2008: 607) dalam bukunya “The Priciple of Adveristing and IMC”, mengatakan bahwa event adalah acara promosi yang dirancang untuk menarik dan melibatkan target audience merek.
Visual merchandising merupakan gabungan dari unsur-unsur desain lingkungan perusahaan, penyajian merchandise, dan komunikasi dalam perusahaan. Salah satu contoh visual merchandising adalah display harga atau yang disebut Point of Purchase (POP).



DAFTAR PUSTAKA
Fill. C. 1999. Marketing Communication: contexts, contents and strategies. Second Edition. Europe: Prentice Hall
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa: Ancellawati. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat
Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Edisi kedua. Cetakan Keempat. Yogyakarta: Andi
Lamb, Charles W, Joseph F, hair, Carl Mc Daniel. 2001. Pemasaran. Alih Bahasa: David Octarevia. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
Amirullah, dan Sri Budi Cantika. 2002. Manajemen Strategik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Assauri, S. 2004. Manajemen Pemasaran. Edisi Pertama. Cetakan Ketujuh. Jakarta: PT Raja Grafindo
Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. 2005. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sistaningrum, W. 2006. Manajemen Penjualan produk. Cetakan kelima. Yogyakarta: Kanisius
 Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran. Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny A. Rusli, Benjamin Molan. Jilid 1. Edisi Milenium. Jakarta: Prehallindo
Handes. Komunikasi Pemasaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar